PENGERTIAN HIPOTESIS
Ketika sedang melihat
sebuah drama ataupun reality show di televisi, pernahkah Anda menduga-duga apa
yang akan terjadi pada tokoh utama di akhir cerita? Jika pernah, apa dasar yang
Anda gunakan untuk membuat dugaan tersebut?
Dalam kehidupan ini
ada banyak hal yang membuat kita sering menduga-duga tentang apa yang akan terjadi
selanjutnya. Seringkali dugaan-dugaan tersebut muncul karena adanya pengalaman
akan hal yang sama atau setidaknya mirip dengan kejadian yang tengah kita
hadapi. Dalam ranah penelitian, dugaan-dugaan juga seringkali muncul. Dugaan
ini lebih sering disebut dengan istilah hipotesis.
Hipotesis (atau ada
pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat diartikan secara sederhana
sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani hypo yang
berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian, pendapat
yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti
pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran
dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan
kebenarannya.
Untuk membuktikan
kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti dapat dengan sengaja menciptakan
suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian. Jika sebuah hipotesis
telah teruji kebenarannya, maka hipotesis akan disebut teori.
Dalam
penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus dibuat oleh peneliti,
yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengujian hipotesis
penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis tersebut betul-betul terjadi
pada sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa yang ada dalam hipotesis
benar-benar terjadi, maka hipotesis penelitian terbukti, begitu pun sebaliknya.
Sementara itu, pengujian hipotesis statistik berarti menguji apakah hipotesis
penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel
tersebut dapat diberlakukan pada populasi atau tidak.
MACAM HIPOTESIS
Terdapat tiga macam
hipotesis dalam penelitian, yakni hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif,
dan hipotesis asosiatif. Masing-masing dari hipotesis ini dapat digunakan
sesuai dengan bentuk variabel penelitian yang digunakan. Apakah penelitian
menggunakan variabel tunggal/ mandiri atau kah variabel jamak? Jika yang
digunakan adalah variabel jamak, apa yang ingin diketahui oleh peneliti dalam
rumusan masalah?
1.
Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskripsif
dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:
Seorang peneliti
ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks
atau tidak.
Maka peneliti dapat
membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah bakso di restoran Bakso Idola
Malang mengandung boraks?
Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni bakso di restoran Bakso
Idola Malang, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif. Ada
dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori
yang ia gunakan, yakni:
Ho : Bakso di
restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks
Atau
H1 : Bakso di
restoran Bakso Idola Malang tidak mengandung boraks
2.
Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif
dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti
hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club sepakbola
Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung club sepakbola
Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah berbeda.
Maka peneliti dapat
membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah pendukung club sepakbola
Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas yang sama?
Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama adalah
loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel kedua adalah
loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal
perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah
hipotesis komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti
sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club
Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan pendukung club
Chelsea
Atau
H1: Pendukung club
Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama (berbeda) dengan
pendukung club Chelsea
3.
Hipotesis Asosisatif
Hipotesis asosiatif
dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang mempertanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti
ingin mengetahui apakah sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya
remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Maka peneliti dapat
membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah sinetron berjudul “Anak
Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor?
Dalam penelitian ini,
variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama adalah sinetron
berjudul “Anak Jalanan”, sedangkan variabel kedua adalah gaya remaja laki-laki
dalam mengendarai motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal hubungan
antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif.
Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar
teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Sinetron berjudul
“Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Atau
H1:
Sinetron berjudul “Anak Jalanan” tidak memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.
CIRI-CIRI
HIPOTESIS YANG BAIK
Setiap orang bisa
membuat hipotesis, entah hipotesis dalam penelitian maupun hipotesis untuk
hal-hal yang lebih sederhana dalam berbagai gejala di kehidupan sehari-hari.
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan
suatu hipotesis yang baik. Menurut Moh. Nazir, setidaknya ada 6 ciri-ciri
hipotesis yang baik, yaitu:
1.
Harus
menyatakan hubungan
2.
Harus
sesuai dengan fakta
3.
Harus
berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan
4.
Harus
dapat diuji
5.
Harus
sederhana
6.
Harus
bisa menerangkan fakta
Dengan demikian,
untuk membuat sebuah hipotesis yang baik, seorang peneliti harus
mempertimbangkan fakta-fakta yang relevan, masuk akal dan tidak bertentangan
dengan hukum alam. Selain itu, hipotesis juga harus bisa diuji sebagai langkah
verifikasi dalam penelitian.
PERUMUSAN
HIPOTESIS
Setelah mengetahui
pengertian hipotesis, jenis-jenis hipotesis, dan ciri-ciri hipotesis yang baik,
sekarang saatnya kita belajar untuk membuat hipotesis. Untuk menghasilkan
sebuah hipotesis, tentunya kita harus mengikuti langkah-langkah tertentu.
Dengan langkah dan cara yang benar, sebuah hipotesis yang baik akan memudahkan
jalannya proses penelitian.
Awal terbentuknya
hipotesis dalam sebuah penelitian biasanya diawali atas dasar terkaan
atau conjecture peneliti. Meskipun hipotesis berasal dari
terkaan, namun sebuah hipotesis tetap harus dibuat berdasarkan paca sebuah
acuan, yakni teori dan fakta ilmiah.
Teori Sebagai Acuan Perumusan Hipotesis
Untuk memudahkan
proses pembentukan hipotesis, seorang peneliti biasanya menurunkan sebuah teori
menjadi sejumlah asumsi dan prostulat. Asumsi-asumsi tersebut dapat
didefinisikan sebagai anggapan atau dugaan yang mendasari hipotesis. Berbeda
dengan asumsi, hipotesis yang telah diuji dengan menggunakan data melalui
proses penelitian adalah dasar untuk memperoleh kesimpulan.
Fakta Ilmiah Sebagai Acuan Perumusan
Hipotesis
Selain menggunakn
teori sebagai acuan, dalam merumuskan hipotesis dapat pula menggunakan acuan
fakta. Secara umum, fakta dapat didefinisikan sebagai kebenaran yang dapat
diterima oleh nalar dan sesuai dengan kenyataan yang dapat dikenali dengan
panca indera.
Fakta Ilmiah sebagai
acuan perumusan hipotesis dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya :
1.
Memperoleh
dari sumber aslinya
2.
Fakta
yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan dan menafsirkannya dari sumber
yang asli.
3.
Fakta
yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam
bentuk abstract reasoning (penalaran abstrak).
Selain teori dan
fakta ilmiah, hipotesis dapat pula dirumuskan berdasarkan beberapa sumber lain,
yakni:
1.
Kebudayaan
dimana ilmu atau teori yang relevan dibentuk
2.
Ilmu
yang menghasilkan teori yang relevan
3.
Analogi
4.
Reaksi
individu terhadap sesuatu dan pengalaman
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusCindy Angelina Oktavia
BalasHapus4A1
1988203022
Diva Putri 4A1 1988203116
BalasHapusAisyah septiarni (1988203063) 4.A1
BalasHapusNama : aini sella turcika
BalasHapusKelas : 4A1
Nim : 1988203075
Amanda Nurfirda (1988203038) 4A1
BalasHapusMuhamad Irpan 4A1 (1988203008)
BalasHapusRifdah Nurlaila 4A1 NIM 1988203118
BalasHapusAna Ispri Yanti, 4A1 (1988203110)
BalasHapusTerima kasih atas penjelasannya pak.
Ainan Nurul Hasanah 4A1 (1988203140)
BalasHapusAmelia Nurazizah (1988203112) 4A1
BalasHapusYoppie Tri Utami (1988203119) 4A1
BalasHapusWahyu Rohman Syah 4A1
BalasHapus1988203027
Firdayani putri hady (1988203121) 4A1
BalasHapusBella Ayudia Chaerani (1988203103) 4A1
BalasHapusDeviani (1988203148) 4A1
BalasHapusDara Apriliani 1988203041 4A1
BalasHapusAjeng Novita (1988203113) 4A1
BalasHapusApriliyanti Eka Cahyani 4A1 (1988203123)
BalasHapusYazkya Nada Oktavia 4A1 1988203111.
BalasHapusTerima kasih pak atas penjelasannya
Parida Hanum 4A1 (1988203053)
BalasHapusShilfa Luthfiah Ananda 4A1 (1988203108)
BalasHapusDewi Kurniawati 4A1 (1988203029)
BalasHapusHilal Ibrahim 4A1 (1988203017 )
BalasHapus